Prof Erlina Burhan Kembangkan Vaksin M72 untuk Pengobatan TB

Read Time:2 Minute, 6 Second

harfam.co.id, Jakarta – Guru Besar Ilmu Kedokteran Paru dan Pernafasan Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr Arlina Burhan telah mengembangkan vaksin M72 untuk pengobatan tuberkulosis (TB) yang lebih efektif dan dijadwalkan akan diluncurkan pada tahun 2024.

“Vaksin TBC yang ada saat ini sudah tua, BCG -Bacille Calmette-Guerin- dari tahun 1970. Kami di Fakultas Kedokteran UI akan segera melakukan uji klinis bersama Bill & Melinda Gates Foundation untuk vaksin M72, semoga menarik perhatian masyarakat. kata Arlina dalam jumpa pers usai dilantik menjadi guru besar di UI Salamba Jakarta, Sabtu, dilansir Antara.

Selain pengembangan vaksin M72 yang saat ini sedang dalam tahap tiga uji klinis, Erlina menjelaskan pengobatan TBC juga terus mengalami inovasi dengan mengurangi durasi pengobatan dari yang semula enam bulan menjadi empat bulan.

“Empat bulan pengobatan tuberkulosis terus berjalan, kami juga telah mencoba melakukan banyak penelitian baru untuk melawan tuberkulosis di Indonesia, dan nantinya implementasi kebijakan hibah Badan Pengawas Obat dan Makanan -BPOM- kami akan berperan. vaksin hanya diperbolehkan setelah penelitian selesai dan dianggap aman untuk digunakan.”

Erlina juga menyebutkan vaksin yang digunakan sebelumnya, yakni BCG, kurang efektif karena Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah kasus tuberkulosis tertinggi kedua di dunia.

“FKUI akan meneliti vaksin baru M72 ini. Saat ini kami sedang melakukan uji klinis tahap ketiga dan tahap kedua sudah terbukti berhasil memberantas TBC hingga 50%,” ujarnya. Oleh karena itu, BCG tidak efektif. ,” dia berkata.

Ia juga mengeluhkan pendanaan untuk TBC sebagian besar berasal dari luar negeri, sehingga ia berharap pemerintahan baru (Pemilu) lebih memperhatikan masalah TBC pasca pemilu 2024.

Menurut data yang dipaparkan Airlina, kasus TBC di Indonesia saat ini mencapai 1.060.000 kasus setiap tahunnya, dengan 140.700 kematian, yang berarti 16 orang meninggal karena TBC setiap jamnya.

Padahal target kita pada tahun 2050 adalah sekitar 320 penderita TBC di Indonesia saja, ujarnya.

Terkait target mengakhiri epidemi TBC pada tahun 2030, Erlina menegaskan diperlukan upaya lintas sektoral yang berkelanjutan dengan upaya sistematis dan berskala besar.

“Target pemberantasan TBC itu tahun 2030, tinggal enam tahun lagi, jadi kita berpacu dengan waktu, jadi upayanya sekarang harus sistematik dan masif, karena yang saya lihat di Indonesia saat ini. Ya, masyarakat bekerja secara individu, melakukan beberapa hal. terapi, diagnosis, tapi tidak ada orkestrasinya,” ujarnya.

Ia juga menegaskan, masyarakat tidak boleh menganggap remeh gejala batuk, karena bisa jadi itu merupakan tanda penyakit TBC.

“Kalau TBC, masalahnya masyarakat kaget kalau batuk darah, masyarakat tidak menganggap batuk itu berbahaya, itu dianggap biasa saja, sehingga sebagai dokter kita harus sampaikan kepada mereka bahwa batuk itu normal. Tidak masalah, jadi harus coba cek,” ujarnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Sambil Menangis, Tyas Mirasih Ungkap Kebaikan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina
Next post Realme Rilis Realme 12 Series pada 29 Februari 2024, Punya Kemampuan Zoom 120x!