Ajak Nelayan Jaga Keberlangsungan Laut, Kemendikbudristek Gelar Lomba Perahu Layar Tradisional

Read Time:2 Minute, 59 Second

Manado – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut menggelar lomba layar di Manado, Sulawesi Utara pada Minggu, 24 September 2023.

Sri Sugiharta, Kepala Balai Konservasi Sulut, mengatakan Manado dipilih sebagai tempat kompetisi karena dulunya merupakan titik yang dibentuk oleh Jalur Rempah.

“Secara historis, daerah yang sekarang dikenal dengan nama Sulawesi Utara ini dulunya merupakan bagian dari Jalur Rempah-Rempah. Tentunya alat transportasi tradisional masyarakat Sulawesi pada masa lalu adalah perahu layar. Dengan demikian, kompetisi perahu layar ini bisa dimanfaatkan,” Sri dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, 25 September 2023 mengatakan, “Sebuah cara untuk memperkenalkan sejarah masyarakat saat ini dan kejayaan nenek moyangnya.”

Untuk mengangkat isu keberlanjutan, diadakan kompetisi perahu layar yang bertujuan untuk mendorong para nelayan agar kembali menggunakan layar sebagai alat penggerak perahunya.

Terkait harapan, Shri menjelaskan, meski komoditas nelayan saat ini sudah tidak lagi mencari rempah-rempah, namun diharapkan melalui kompetisi ini para nelayan mampu melestarikan ilmu dan teknologi kapal layar tradisional.

“Salah satu caranya adalah dengan bersedia mewariskan ilmu dan teknologi perahu layar tradisional kepada anak, cucu, dan generasi baru lainnya.” Rahasiaku terucap

Sri berharap kompetisi ini menjadi momentum penting untuk memperkenalkan pengetahuan tradisional dan teknik transportasi laut kepada generasi muda pada khususnya, dan masyarakat Sulut pada umumnya.

Dalam kesempatan yang sama, Komisioner Program Niat Baik Budaya Jalur Rempah 2023, Adi Wikaksono menyatakan, kompetisi ini diadakan sebagai upaya untuk melahirkan pengetahuan tentang biota laut yang tidak bisa dipisahkan dari rempah-rempah.

Uday menjelaskan, selama ini banyak nelayan yang beralih menggunakan mesin tempel yang bahan bakarnya solar, sehingga biaya melaut sangat mahal dan tidak ramah lingkungan.

Lanjut Uday, melalui acara ini kami ingin mengajak para nelayan dan mendorong mereka untuk menggunakan layar karena lebih hemat dan ramah lingkungan karena layar digerakkan oleh angin.

Sekadar informasi, kompetisi ini diikuti 140 nelayan dan 70 perahu layar. Nelayan tersebut terdiri dari Kelompok Nelayan Malalayang, Kelompok Nelayan Bahu, Kelompok Nelayan Megamas, Kelompok Nelayan Karangria, Kelompok Nelayan Maasing, dan Kelompok Nelayan Molas.

Dalam perlombaan ini terdapat dua jenis perahu yang digunakan para pemancing, yaitu perahu kayu dan perahu fibreboard/plywood.

Jalur lomba dimulai dari Pantai Karangria, menuju Bunaken dan kemudian kembali ke Pantai Karangria sebagai garis finish. Perkiraan waktu kompetisi adalah tiga jam mulai pukul 09:00.

Hadiah akan diberikan kepada enam peserta tercepat dalam lima kategori, selain hadiah uang sejumlah Rp 220.000.000.

Sepekan sebelum lomba perahu layar, juga digelar talkshow budaya bertajuk “Bertemu Nelayan Layar Tradisional untuk Kehidupan Laut Berkelanjutan” di Pantai Karangria di Grand Loli Manado, Sulawesi Selatan.

Kuliah budaya ini dihadiri oleh 100 nelayan lokal yang dipilih dari 1.500 nelayan lokal. Ada dua subtopik yang menjadi topik pembahasan.

Pertama, subtopik “Kehidupan laut yang berkelanjutan secara lingkungan dan budaya bagi nelayan lokal, serta peningkatan perekonomian berbasis transportasi laut ramah lingkungan” yang dimoderatori oleh Daheri Dahlan, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mullawarman (UNMUL ). ) Samarinda adalah seorang penulis yang mempunyai minat terhadap isu-isu pendidikan, penelitian, seni, sastra, budaya dan lingkungan hidup.

Topik kedua, “Penggunaan Layar: Kearifan Lokal, Pengetahuan Tradisional dan Teknologi,” difasilitasi oleh Alex John Olin, antropolog dan peneliti independen di Pusat Kajian Masyarakat Adat dan Budaya Maritim Yayasan MARIN CRC Manado.

Dalam diskusi ini juga terjadi pertukaran pengalaman dan kisah sukses para nelayan Sulut dalam mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi di sektor perikanan dan kelautan melalui pendekatan budaya.

Di akhir acara bincang budaya, dua buah simbol layar perahu diserahkan kepada perwakilan nelayan. Siloam Hospitals Manado menawarkan layanan inseminasi untuk membantu pasangan untuk mengandung bayi Siloam Hospitals Manado (SHMN) menambah jangkauan layanannya dengan meluncurkan layanan inseminasi sebagai salah satu layanan terbaru dan unggul. harfam.co.id.co.id 6 April 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Sebastian Fundora Tolak Duel Ulang Tim Tszyu: Next, Errol Spence!
Next post iPhone 16 Kembali ke Desain Kamera Vertikal: Apa Keuntungannya?